Bibit Siklon Tropis Seroja – Indonesia tengah dilanda fenomena baru yang kian meresahkan: semakin seringnya muncul bibit siklon tropis di wilayahnya. Hal ini diungkapkan oleh Erma Yulihastin, Peneliti Ahli Utama Klimatologi dan Perubahan Iklim di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN.
Peningkatan frekuensi bibit siklon ini menjadi bukti nyata perubahan iklim yang kian nyata. Dulu, siklon tropis di Indonesia hanya terjadi 10-20 tahun sekali. Kini, bibit siklon tropis muncul hampir setiap tahun, terutama di Laut Banda.
Fenomena ini patut diwaspadai karena berpotensi memicu cuaca ekstrem dan bencana hidrometeorologi. Peningkatan frekuensi bibit siklon tropis ini merupakan alarm bagi kita semua untuk bersatu dan bekerja sama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan menjaga keselamatan bangsa.
Peningkatan Frekuensi Bibit Siklon
Erma menyorot pembentukan bibit siklon dari laut Banda yang kini terjadi setiap tahun. Sebelumnya, frekuensi kejadiannya hanya 10-20 tahun sekali. “Inilah bukti perubahan iklim,” tegasnya.
Potensi Berulangnya Kasus Serupa
Meskipun siklon tropis bisa terjadi kapan saja dan acak, Erma melihat potensi berulangnya kasus serupa yang semakin sering terjadi. “Semua cuaca itu acak, tapi ada peningkatan frekuensi yang terbukti selama 5 tahun terakhir,” terangnya.
Kemunculan Bibit Siklon Mirip Seroja
Erma mencontohkan kasus Siklon Seroja yang terjadi pada tahun 2021. Bibit siklon dengan proses kemunculan mirip Seroja ini, meskipun tidak selalu sama persis, terpantau muncul setiap tahun di Laut Banda.
“Tahun 2022 dan 2023 juga berulang. Jadi, setiap tahun ada potensi, yang langkah pembentukannya mirip dengan Seroja. Walau kemudian luruh. Sekarang juga begitu. Sejak tanggal 2 April kemarin sudah muncul bibit siklon, lalu kemarin ditetapkan Bibit Siklon Tropis 96S. Dan hari ini, 4 April, muncul vorteks ganda. Yang di utara meluruh, tapi yang di selatan ekuator berpotensi membesar,” papar Erma.
Peningkatan Probabilitas Kejadian
Erma menekankan bahwa peningkatan frekuensi bibit siklon ini merupakan tanda bahaya. “Probabilitas kejadiannya (bibit siklon mirip Seroja) 10-20 tahun sekali. Sekarang kondisinya hampir setiap tahun. Artinya meningkat 10 kali,” ungkapnya.
Bibit Siklon Tropis Baru 96S
Sementara itu, BMKG mengumumkan telah mendeteksi kemunculan bibit siklon tropis baru 96S di sekitar Laut Sawu. Bibit ini menunjukkan kecenderungan menguat dan berpotensi menjadi siklon tropis dalam 48-72 jam ke depan.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengingatkan efek langsung dan tidak langsung Bibit Siklon 96S terhadap cuaca di Indonesia. “Bibit siklon ini mengakibatkan kecepatan angin maksimum 28 – 37 km/jam dan tekanan di pusatnya sekitar 1007 mb,” terangnya.
Imbauan untuk Masyarakat dan Pemudik
Dwikorita mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap cuaca ekstrem yang dapat terjadi akibat bibit siklon ini. “Cuaca ekstrem dapat menimbulkan banyak kerugian, baik secara materiil dan imateriel. Selain itu, cuaca ekstrem dapat memicu terjadinya bencana hidrometeorologi,” ujarnya.
Bagi pemudik, Dwikorita menghimbau untuk selalu melihat informasi cuaca sebelum melakukan perjalanan. “Apabila kondisi cuaca sedang buruk, jangan memaksakan diri dan sebaiknya ditunda. Utamakan keselamatan, bukan kecepatan,” pungkasnya.
Dampak Fenomena Baru
Fenomena semakin seringnya muncul bibit siklon tropis di Indonesia merupakan pertanda serius perubahan iklim. Hal ini perlu menjadi perhatian semua pihak untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi.
Langkah Antisipasi
Pemerintah perlu memperkuat sistem mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Masyarakat juga perlu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang risiko bencana alam dan cara menghadapinya.
Fenomena baru bibit siklon tropis di Indonesia merupakan alarm bagi kita semua. Kita harus bersatu dan bekerja sama untuk menghadapi tantangan perubahan iklim dan menjaga keselamatan bangsa.